Kamis, 05 Februari 2015

pencuri shalat

02.44 Posted by Unknown No comments

 

halo Kali ini pengen berbagi yang ringan-ringan aja deh. Masalah shalat. Tapi mesti diingatkan dulu, saya disini bukan berniat pamer atau sok berilmu. Yang saya share disini juga berasal dari baca buku. Jadi bagi yang berilmu lebih, silahkan dikritik dan ditambahkan bacaan ini.
Shalat adalah salah satu hal wajib yang di perlukan umat islam. Kewajiban shalat termaktub dalam Al-quran, salah satunya
 
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS.al Baqarah(2) : 43)

Sebagai rukun islam, dan hal yang disyariatkan. Tentu memiliki panduan dalam pelaksanaannya. Seperti yang termaktub dalam sunah berikut ini.

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dalam melaksanakan shalat, begitu juga ibadah lainnya. Tentu memiliki bagian atau tubuh ibadah, yaitu rukun (wajib) dan sunah.
Dalam perkara wajib. Hal yang sangat mutlak. Apabila salah atau tertinggal (dengan sebuah alasan yang tidak diperkenankan syari) maka shalatnya tertolak. Dan perkara sunah dalam shalat pun terbagi dua, sunah ab’ad dan hai’at.  Terkhusus bagi sunah ab’ad. Apabila sunah ini tertinggal maka diwajibkan melakukan sujud sahwi sebagai pengganti. Bila tidak dilaksanakan maka hukumnya akan berlaku sebagimana kewajiban atau rukun dalam shalat, yaitu membatalkan shalat.
Pada pembahasan kali ini. Saya tidak akan memaparkan keseluruhan rukun dan sunah dalam melaksanakan shalat. Tetapi saya akan memaparkan sedikti rukun shalat, yang banyak terabaikan oleh sebagian besar umat muslim ketika mendirikan ibadah yang satu ini.


“Sungguh sejahat-jahatnya pencuri dari kalangan manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud mencuri shalatnya?” Beliau Saw berkata, “Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Dan sungguh orang yang paling pelit (kikir) adalah orang yang pelit mengucapkan salam. (HR. Thabrani & Hakim)

Hadis tersebut menjelaskan kelalaian orang dalam menjalakan thuma’ninah.
Betapa banyak, bahkan mungkin kita, entah tanpa disengaja atau disengaja melakukan hal penting yang satu ini.

Salah satu madhzab, imam as sayafii, menempatkan thuma’ninah pada tempat berikut ini.
1.      Thuma’ninah (diam sebentar) ketika ruku’.

2.      Thuma’ninah ketika i’tidal.

3.      Thuma’ninah ketika sujud.

4.      Duduk diantara dua sujud.

5.      Thuma’ninah ketika duduk.


Seberapa lama thuma’ninah dilakukan? Berapa lama kita melakukan thuma’ninah, kalau berdasarkan guru ngaji saya, sepanjang melafaskan tasbih. Tapi setelah saya searching akhirnya dapat rujukan bertikut ini. Tidak berbeda.

“Para Ulama memberi batasan minimal dengan lama waktu yang diperlukan seperti ketika membaca tasbih (Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq: 1/124)”

Demikian tulisan singkat ini saya haturkan... moga manfaat ya......

Senin, 25 Agustus 2014

ABAD KEGELAPAN VERSUS ABAD KEEMASAN

21.02 Posted by Unknown No comments
      “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh”. (QS. Ali Imran ayat 110). -

            Sebelumnya saya pernah membahas bahwa saat ini dunia sedang dilanda virus mematikan berjubah demokrasi, sementara pemakainnya adalah kapitalisme. Saya juga memaparkan pengertian demokrasi dan sekularisme, dan juga saya memaparkan asal usul dari tercipanya madzhab demokrasi didunia, khususnya di Indonesia. 
        
             Kali ini saya akan memaparkan lawan tandingnya. Yaitu zaman keemasan. Apa itu zaman keemasan . zaman keemasan adalah zaman kepemimpinan islam melalui khilafah. Munculnya islam sendiri kurang lebih 80 tahun setalah kemunculan “duet” gereja + monarki. 500 M awal zaman kegelapan (eropa) dan 640 M kelahiran nabi Muhammad SAW dan cikal bakal negara khilafa (perjanjian madinah 622 M). 


                                             gambar:  sistem pemerintahan dari masa kemasa
 


             Ketika Eropa dilanda kegelapan. Islam dengan cahayanya datang, dimulai dengan tanah Arab, menghapus sistem perbudakan, mengubah budaya masyarakat, terutama mengutamakan anak laki-laki dan saling bertukar istri. Lalu apa pengaruh islam terhadap eropa. Sebagai salah satu contoh adalah di bidang ilmu pengetahuan di Andalusia, SPANYOL. 


       “….pada masa peradaban agung [wujud] di Andalus, siapapun di Eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiyah ia harus pergi ke Andalus. Di waktu itu banyak sekali problem dalam literatur Latin yang masih belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke Andalus maka sekembalinya dari sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi Islam di Spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dalam pengetahuan filsafat, sains, tehnik dan matematika. Ia mirip seperti posisi Amerika saat ini, dimana beberapa universitas penting berada”. Untuk lebih jelasnya, silahkan klik disini.
        
            Kondisi ini dicapai oleh dinasti ummayah, Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717- 720 M) dan Hasyim bin Abdul Malik (724- 743 M). 
      
            Selain dinasti ummayah. Turut andil dalam kecemerlangan islam dan menyinari langit Eropa yang gelap adalah dinasti abbasiyah. Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
(1) Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama; 
(2) Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama; 
(3) Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua; 
(4) Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua; 
(5) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad. 
Untuk lebih jelasnya silahkan klik disini.

           Semasa kepemimpinan daulah abbasiyah, Beberapa ilmuwan muslim terlahir yang karyanya diakui dunia:
• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina; 
• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan; 
 • Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae; 
 • Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri). 

           Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa. Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab. Untuk lebih jelasnya silahkan klik disini

bagi yang ingin menyaksikan tayangan kegemilangan islam silahkan tonton videonya pada pojok kanan atas blog ini, atau klik disini

Pertanyaannya. Bagaimana dengan kondisis sosial masyarakat pada era khilafah. Bukankah ini yang kerap menjadi momok selama ini?. Begitu ide kekhilafaan digaungakan, ada saja yang bergumam, “mengancam persatuanlah, inilah, itulah”. 

Untuk menjawabnya, kita baca dan cermati kutipan dibawah ini. 

             "Di salah satu hadis juga, yang di riwayatkan oleh Imam Al Bukhari dari Rubi’ Bin Khudaij, bahwa Rasulullah pernah membayar diyat (denda) Yahudi Khaibar dalam kasus pembunuhan seorang muslim di Khaibar, orang-orang Yahudi Khaibar bersumpah tidak terlibat dalam pembunuhan, Rasulullah SAW pun tidak menjatuhkan vonis kepada mereka, bahkan Rasulullah membayar diyat atas mereka . Dari sini tergambar bahwa Rasulullah menunjukkan menegakkan keadilan tanpa melihat agama, suku atau ras. 
           Fragmen sejarah yang lain juga terlihat ketika Negara Khilafah mendapatkan surat ucapan terimakasih dari Pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang di berikan kepada Negara mereka pasca perang melawan Inggris pada abad ke-18 dan juga surat jaminan perlindungan yang di berikan kepada Raja Swedia yang di usir tentara Rusia dan mencari suaka politik ke khalifah pada tanggal 30 Jumadil Awwal 1121 H/7 Agustus 1709 H. 
          Inilah bukti-bukti bahwa penerapan syariah dan khilafah tidak memaksakan adanya penyeragaman dan terbukti toleransi yang di berikan baik kepada yang muslim maupun non muslim adalah sama karena islam mengakui pluralitas. Selain itu, logikanya seandainya Negara Khilafah itu menolak pluralitas dan melakukan penindasan terhadap non muslim tidaklah mungkin Negara Khilafah mampu bertahan sampai sekitar 14 abad hingga menguasai 2/3 dunia dengan berbagai macam suku, bangsa, agama dan ras yang dinaunginya". Untuk lebih jelasnya silahkan klik disini

          Setelah beberapa abad menyinari dunia, akhrinya kekhilafaan runtuh di tanah Turki. pada akhirnya tanggal 3 Maret 1924 M yang bertepatan dengan tanggal 28 Rajab 1342 Hijriah, melalui Mustafa Kemal Attaturk yang merupakan agen Inggris dan anggota Freemasonry (sebuah organisasi Yahudi), membubarkan institusi Kekhilafahan Islam terakhir di Turki dan menggantikannya dengan Republik Turki. Maka, sejak saat itu ideologi Islam benar-benar terkubur ditandai dengan dihilangkannya institusi khilafah oleh majelis nasional Turki dan diusirnya Khalifah terakhir. 

Sedikit intermezo. Mengapa dizaman kekhilafaan, tidak pernah mengenal dan terjadi hutang luar negeri?

Kamis, 21 Agustus 2014

MEMBUKA TABIR DEMOKRASI DAN SEKULARISME

11.31 Posted by Unknown No comments

Mungkin banyak yang  acuh terhadap yang namanya sekularisme. Apaan sih itu? Ngak penting banget kali! Yang penting kita ini udah damai, tentram! Bisa ngasih duit ngak ngurusin yang begituan! NKRI harga mati!
Tak ada yang mau menyelami lebih dalam masalah ini, padahal dari sinilah beranjak pembangunan sebuah bangsa. Dari sinilah pondasi sebuah bangsa.  Sebelum mengupas lebih jauh mengenai sekularisme di indonesia. Saya akan memaparkan terlebih dahulu pengertian dari sekularisme dan demokrasi.
Sekularisme secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu.
Sekularisme juga merujuk kepada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.
Lalu bagaimana paham ini dapat muncul ke dunia sementara dapat kita pahami melalui sejarah teologi, bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan, dan pada  setiap masa (abad sebelum masehi) dikirimkanalah utusan bagi tiap-tiap umat (masa para Nabi), dan tiap-tiap umat itu hidup berdasarkan apa yang utusan itu katakan atau lakukan, karena utusan tersebuat adalah utusan Illah, pembawa Risalah.
Untuk menjawabnya, kita langsung melompati rentang sejarah dan mengulas abad pertengahan. Pada abad itu, Romawi sebagai negara/kekaisaran besar di Eropa menjadikan Kristen sebagai Agama Negara. Namun, dalam perjalanannya, terjadi penyimpangan-penyimpangan dan penindasan yang dilakukan oleh Gereja dan Kekaisaran dalam sendi-sendi kehidupan. Masa ini dikenal dengan istilah abad kegelapan, dimana ilmu pengetahuan melambat, karena dinilai tidak sesuai dengan keyakinan gereja, dan maraknya surat-surat pengampunan dosa.

mungkin kita masih ingat pada mata pelajaran sejarah, dimana salah seorang iluman yang dihukum pihak gereja  karena mengatakan bumi mengitari matahari, sementara keyakinan gereja saat itu, mengatakan bahwa seluruh alam semesta ini mengelilingi bumi.

Kejadian ini menuntut munculnya pakar-pakar yang mengoreksi kebijakan dari gereja yang disebut gerakan Reformasi Gereja (1294-1517), dengan tokoh semisal Marthin Luther, Zwingly, dan John Calvin. Beriringan dengan itu muncul pula para tokoh yang menghendaki tersingkirnya dominasi kristen, dan agama dari kehidupan. Pemikiran ini dikenal dengan istilah Renaissans, dan di pelopori oleh Machiaveli dan Michael Montaigne.
Selanjutnya pada era Pencerahan (Enlightenment) abad XVII-XVIII, seruan untuk memisahkan agama dari kehidupan semakin mengkristal dengan tokohnya Montesquieu, Voltaire, dan Rousseau. Puncak penentangan terhadap Gereja ini adalah Revolusi Perancis tahun 1789 yang secara total akhirnya memisahkan Gereja dari masyarakat, negara, dan politik. Sejak itulah lahir sekularisme-liberalisme yang menjadi dasar bagi seluruh konsep ideologi dan peradaban Barat.

Sejarah Masuknya Pemikiran Liberal di Indonesia
Sekularisme sebagai akar liberalisme masuk secara paksa ke Indonesia melalui proses penjajahan, khususnya oleh pemerintah Hindia Belanda. Prinsip negara sekular telah termaktub dalam Undang-Undang Dasar Belanda tahun 1855 ayat 119 yang menyatakan bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama, artinya tidak memihak salah satu agama atau mencampuri urusan agama. (Suminto, 1986:27).
Prinsip sekular dapat ditelusuri pula dari rekomendasi Snouck Hurgronje kepada pemerintah kolonial untuk melakukan Islam Politiek, yaitu kebijakan pemerintah kolonial dalam menangani masalah Islam di Indonesia. Kebijakan ini menindas Islam sebagai ekspresi politik. Inti Islam Politiek adalah : (1) dalam bidang ibadah murni, pemerintah hendaknya memberi kebebasan, sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda; (2) dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah hendaknya memanfaatkan adat kebiasaan masyarakat agar rakyat mendekati Belanda; (3) dalam bidang politik atau kenegaraan, pemerintah harus mencegah setiap upaya yang akan membawa rakyat pada fanatisme dan ide Pan Islam. (Suminto, 1986:12).
Politik Etis yang dijalankan penjajah Belanda di awal abad XX semakin menancapkan liberalisme di Indonesia. Salah satu bentuk kebijakan itu disebut unifikasi, yaitu upaya mengikat negeri jajahan dengan menyampaikan kebudayaan Barat kepada orang Indonesia. Pendidikan, sebagaimana disarankan Snouck Hurgronje, menjadi cara manjur dalam proses unifikasi agar orang Indonesia dan penjajah mempunyai kesamaan persepsi dalam aspek sosial dan politik, meski pun ada perbedaan agama.
 Lalu bagaima dengan sistem Demokrasi yang berlandaskan Pancasila yang ada di Indonesia. Apakah itu merupakan warisan dari Belanda?
           Ya, tentu saja, karena sistem dan segenap perangkatnya (undang-undang mislanya) adalah buah tangan Belanda, dan hanya dilakukan rehabilitasi, lebih akrab kita kenal dengan istilah amandemen. Meski pancasila dan undang-undang dasar dilahirkan oleh pemuka-pemuka indonesia, tapi dasar pokok dari pemikiran itu yang jauh lebih penting, yaitu memisahkan agama dari kehidapan bernegara, dan politik. Agama hanya  diberi ruang begitu terbatas, pribadi.  Cobalah tengok dengan seksama pengertian dari demokrasi ini, Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara (http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi).
Dan cobalah tengok bulir sila ke empat dari pancasila, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
Berdasarkan pengertian demokrasi dan bulir pancasila tersebut, kita dapat menggali bahwa kedaulatan sepenuhnya ada ditangan rakyat. Celakanya, rakyat seperti apa yang berhak bersuara. Yah, sudah tentu  rakyat yang bercorak seperti apapun, mau dia sesat maksiat, dia dapat ikut andil. karena pemikiran ini dasarnnya adalah sekularisme. Tak ada campur tangan agama disini. Yang sesat, yang maksiat, semua bisa bersuara dan memerintah, yang punya banyak uang bisa jadi penguasa, karena sisitem yang dijalankan adalah dari rakyat, dan bila rakyat yang bermaksiat lebih banyak bersuara, maka lahirlah wakil-wakil maksiat.

Bila masih ada yang bingung dan tak percaya dengan merebaknya sekularisme di dunia dan ancamannya. Maka silahkan perhatikan gambar berikut ini.
  
 
Gambar diatas adalah cuplikan antara saya (piyo zul) dan samuel fanning  (yang lain kita abaikan), dalam sebuah fans page belum lama ini (2014). Pada saat itu kami terjebak oleh sebuah perdebatan dimana beliau (samuel fanning, yang mengaku sedang mendalami ilmu politik diluar negeri) memajang foto masyarakat papua yang hendak merdeka.  Pada awalnya, saya katakan bahwa Indonesialah yang berjasa membebaskan Papua dari cengkraman Belanda. Lalu olehnya dijawab bahwa mereka, masyarakat papua mungkin lebih suka dijajah oleh Belanda.  Dengan statusnya yang mahasiswa itu ia dengan bangga menyatakan bahwa itu adalah hak bagi masyarakat Papua. Lalu aku katakan, bahwa seandainya Islam yang menjadi dasar Negara, tentu Negara ini akan maju, karena Islam mengedepankan kemandirian dalam bernegara. Lalu ia menjawab, pada kenyataanya, Negara  barat jauh lebih maju dari negara-negara islam. Aku jawab, negara islam tertinggal karena sistem sekular saat ini yang dipaksakan di negara islam dan itulah yang menyebabkan negara islam mundur. Kemudian aku pun bertanya, kalau memang sistem sekular itu memberikan kebebasan pada setiap manusia dalam berpendapat dan memperoleh haknya, lalu kenapa di Perancis kerap ditemukan muslimah tidak diperkenankan berhijab. Ia pun menjawab, bahwa negara Perancis adalah sekular (lihat dialaog pada gambar diatas). Jadi dimana kebebasan ala Demokrasi itu?
satu hal lagi, pancasila tidak dapat dijadikan dasar sebagai pembangun sebuah bangsa atau menangani suatu masalah. karena dalam praktiknya, pancasila hanya sebagai falsafah, kata-kata mutiara yang menghiasi dinding sekolah. mengapa demikian? karena sebuah ideologi dapat dikatakan ideologi bila memiliki visi, cita-cita, dan cara penerapannya. dalam praktiknya, tak ada satu silapun yang dapat diterapkan diindonesia, karena sistem yang sedang berjalan adalah kebebasan/ sekularisme. suara terbanyak.

Dengan semua pemaparan ini, adakah kita tidak tergerak untuk berfikir bahwa hidup kita ini telah diatur oleh Yang Maha Penguasa, seperti yang telah dicontohkan oleh para Nabi pada masing-masing umatnya, dan terkhusus Nabi Muhammad bagi semesta alam. Mereka telah membawa aturan bagi kita semua. Jadi masikah kita betah berdiam dalam sistem Demokrasi?